Jumat, 15 April 2011

love and the die part 2


“tidak, aku tidak ingin mereka tau”kata ryo mencabut infusnya
“ku mohon jangan bergerak dulu, kau terlihat sangat kesakitan” jawabku menahan ia pergi
“lihat aku sudah sehat kan?” katanya. Tetapi dapat ku rasakan kesakitan yang mendalam. Tumor, tumor itu bisa saja merenggut nyawanya.
“baiklah akan ku antar kau pulang” kata ku sambil membawakan kursi roda
“aku masih bisa berjalan, aku tak butuh ini” katanya menjauhkan kursi roda itu dri tubuhnya.
“ah baiklah” jawabku pasrah.
Aku membayar semua biaya administrasinya, dengan kartu kredit ayah. “byr ku ganti nanti” jawabnya so kuat
“sudah biarkan saja, aku kan hanya menolongmu” kataku mencoba membantunya berjalan
Aku naikan ia ke taksi, dan menyuruhnya duduk manis. Aku duduk di sampingnya memastikan ia akan baik-baik saja selama berada di mobil. Sampai akhirnya ia sampai di sebuah apartemen besar mewah dengan beberapa lantai.
“di lantai berpa rumahmu?” tanyaku
“di lantai 76” katanya singkat. Lalu aku memapahnya sampai di lift.. “sudah aku bisa jalan sendiri, sudah sana pulang dan aku akan mengganti uangnya” kata ryo sambil masuk kelift dan mengusir yu pulang. Aku pula dengan taksi yang sama.aku bahkan berfikir di dalam taksi.. anak itu pura2 tegar ternyata di dalamnya begitu rapuh, dan aku akan berusaha membuatnya tersenyum kembali.
“gomene, kita sudah sampai” kata pak supir
“ah hai” jawab yu lalu memberikan uangnya
Yu memasuki kamarnya dan menaruh tasnya di meja belajar. Ia buka buku hariannya dan menuliskan kejadian yang baru saja terjadi. Dan ia masukan kejadian ini pada cerita yang ia tulis di blognya...  ia istirahatkan badannya di kasur empuk dan beristirahat karena besok harus pergi kesekolah. Malam dingin di makan habis oleh datangnya pagi. Terik mentari menyinari sela-sela jendela yang sedikit terbuka... aku terbangun karena jam weker berbunyi sangat keras. Jam menunjukan tepat jam 6.
“ah yabai.. aku telat” kataku dan terburu-buru mandi dan menyiapkan peralatan sekolaa. Aku segera turun dari kamar menuju meja makan. Lagi-lagi aku tak sarapan di rumah dan mengambil sebuah roti yang sudah di panggang ibu. “ibu aku berangkat” kataku sambil keluar
“kenapa tidak sarapan dulu” kata ibu melihatku berlari sangat kencang. Hingga akhirnya sampai di depan gerbang yang hampir ditutup.
“bapak jangan dulu.. makasih bapak” kataku pada pak kepala gerbang dan langsung melaju ke kelas.
~di kelas~
“kenapa kau telat?” tanya akira.
“aku tidak tidur kemarin malam.. oia aku mengantuk aku mau keperpus, kalau sensei tanya bilang saja aku ke toilet.. tolong absennkan ya” kataku pada akira dan meninggalkan tas dan akira di kelas. Aku pergi ke perpus untuk mempelajari tentang penyakit tumor otak. Aku terus mencari tapi sama sekali tak mendapatkan hasil. Sampai akhirnya aku menemukan satu buku tebal bertuliskan penangan tumor otak. Ku baca halaman demi halaman. Ku temukan jawabannya tapi bukan penyelesaiannya, anya sebab dan gejalanya. Lalu aku baca hingga akhir
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.

Selama tahun 1988–1990 tereatat sejumlah 112 penderita tumor otak berbagai jenis yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Sebagian dari penderita tumor otak tersebut memang pada mulanya ditemukan di klinik Neurologi karena umumnya menunjukkan gejala-gejala yang sifatnya neurologis.

Di kalangan medis pada umumnya sudah dikenal trias gejala tumor otak yaitu nyeri kepala, muntah dan ditemukannya edema papil pada pemeriksaan fundus. Tetapi sebenarnya gejala klinis tumor otak sering tidak sejelas itu, apalagi pada fase dini. Tumor otak bisa memberikan gejala klinis beragam tergantung kepada lokasi dan ukurannya. Gejala itu bisa khas, tapi bisa pula kabur, sehingga bila kita tidak waspada bisa terkecoh dengan dugaan yang keliru.


GEJALA TUMOR OTAK
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.


Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.

Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.

Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus.


Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.

“Jadi ini penyebab dan gejala-gejalanya, tapi kenapa aku tak menemukan cara menanganinya?” pikirku membolak-balikan lembaran demi lembaran. tangan seseorang memegang pundakku dan mencengkramnya. Ternyata ryosuke lah yang memegang pundakku. Ia terlihat pucat dan memegangi kepalanya. Bruk ia terjatuh dan tersungkur di lantai. Aku mencoba memapanya menuju ruang uks. Aku menunggunya tersadar. Beberapa menit kemudia ia tersadar dari pingsannya.
“kenapa aku?” tanyanya masih sedikit pusing dan memebangi kepalanya
“kau di uks, dan lagi-lagi kau pingsan”jawabku.
“kenapa kau tak biarkan aku saja, aku sudah muak hidup di dunia ini” kata yama mencoba berdiri
“hati-hati” kataku khawatir
“diam kau dan menjauhlah dariku. Aku bisa urus hidupku sendiri” katanya berjalan agak menjauh. Tetapi ia terlihat masih sempoyongan, hingga ia terjatuh lagi. Aku coba membantunya berdiri “sudah ku bilang biarkan aku, aku masih kuat mengerti”bentaknya
Aku tau, di dalam keangkuhan ia merasa kesakitan. Aku dapat rasakan itu, kenapa kau tak membagi rasa kesakitan itu, biar aku dapat merasakannya juga. Lalu aku bantu lagi ia, walau akhirnya mungkin akan di bentak lagi
“lepaskan dan pergi dari hadapanku, aku bilang aku masih bisa hidup tanpa bantuan” bentaknya yang mencoba bangun dari jatuhnya.
“hai maaf.”kataku langsung berlari menuju kelas
Di kelas
“dari mana kau nakata san”tanya sensei
“dari toilet sensei, tadi kebelet banget. Dan kuncinya susah di buka” kataku mengeles
“ya sudah sana duduk di bangkumu” perintah sensei lalu melanjutkan pelajaran
“kau benar tidur di perpus?” bisik akira
“tidak kok, aku hanya mencari buku”jawabku ikut berbisik
“apa yang kau cari” tanya lagi akira
“buku untuk inspirasiku” jawabku lalu membaca kembali buku itu.
Jam pelajaran berlangsung sangat cepat hingga akhirnya istirahatpun berlangsung. Aku dan akira kali ini makan di kantin karena kami sama-sama tidak membawa bekal.
Di kantin
Sementara akira memesankan makanan aku melihat ryosuke memesan makanan sambi tersenyum berasama teman-temannya. Entah kenapa aku mulai sedikit lega melihatnya. Akira kembali dengan membawa banyak makanan
“akira suapi lagi ya ya ya” kataku manja
“sippo deh”kata akira menyuapiku...

Jam begitu cepat berputar, hingga akhirnya jam menunjukan jam 4 sore tanda kami harus pulang. Dan kali ini aku tidak pulang bersama akira. Aku harus pergi kedanau untuk mencari inspirasi.
Aku menyusuri jalan-jalan dekat danau, hingga sampai di danau. Terlihat seorang laki-laki yang duduk manis di pinggir danau, sambil melemparkan kerikil kecil. Ku hampiri pria itu, dan tak lain dan tak bukan ternyata ryosuke lah yang sedang duduk manis itu.
“ha ryosuke kun, sedang apa kau disini?” tanyaku heran lalu duduk di batu besar di sampingnya
“aku sedang meratapi kesakitanku” jawabannya membuatku terkaget, karena biasanya ia hanya bisa marah jika aku tanya.
“aku akan membantumu untuk tidak merasakan rasa sakit itu”katanku
“dengan apa?” tanya nya
“dengan senyumanmu”jawabku. Dari situ aku dan dia semakin akrab. Setiap hari kami selalu mampir ke danau ini setelah sepulang sekola. Aku membantunya melupakan rasa sakitnya. Hingga dua bulan yang kami lewati. Tiba-tiba tubuh ryo melemas hingga akhirnya terjatuh dan koma di rumah sakit. Aku terus menangisinya menjaganya. Keluarganya bahkan sama sekali tidak melarangku untuk menunggu kesadarannya. Ku selalu genggam tangannya yang putih pucat. Dan menangisi kesakitannya,
“bawalah aku kedalam kesakitanmu, agar kau dapat sedkit merasa lega” kataku sambil terus meneteskan air mata. Akira menjenguku dan membawakanku sekotak makanan dan surat dari ibu karena berhari-hari aku tak pulang dan tak memberi kabar. Aku paksakan mulutku masuk sedikit makanan, tetapi tetap saja tidak bisa. Mulutku tetap tidak ingin menerimanya, aku terus menangis tiada hentinya. Menangisi kesakitan yang di derita ryo. Entah sampai kapan ia harus seperti ini. Hingga akhirnya dokter menyarankan untuk segera mengoprasinya. Walau tidak akan sembuh total. Tetapi akan mengurangi sakit di kepalanya.
Keluarganya menyetujuinya. Dan akhirnya ryosuke di masukan kedalam ruang oprasi untuk segera di oprasi. Aku gelisah tak ada hentinya. Rasanya seperti aku yang sedang melawan maut itu. Aku pandangi ryo dan merasakan kesakitan yang mendalam. “izinkan aku untuk merasakannya” kataku dalam hati sambil memandangi wajah ryo yang seperti meronta kesakitan kepalanya. Dengan tidak sadarnya aku terjatuh pingsan karena terlalu capek menjaga ryo untuk beberapa minggu ini. Aku segera di larikan ke salah satu ruang di rumah sakit itu. Aku menyesal tak ada di sisi ryo saat ia merasa kesakitan. Aku terbangun dan segera mencopot inpusanku, berlari ke ruang ICU melihat keadaan ryo. Dan duduk di samping tubuh yang semakin lama semakin kecil itu.
“kapan kau sadar ryo, aku ingin bermain lagi denganmu”kataku menangis lagi
Tiba-tiba tangan ryo bergerak satu demi satu syarafnya mulai berfungsi. Aku merasa sangat bahagia dan mencoba memegangi tangan ryo. Meski aku dan dia hanyalah sebatas teman, tetapi aku merasakan hal yang lain. Tapi aku tepis dan kali ini aku akan menjagamu. Ia mulai membuka matanya perlahan. Dan berusaha duduk
“ittei”katanya dengan suara kecil sambil memegangi kepalanya
“ku mohon jangan bergerak banyak dulu” kataku mencoba menyuruhnya tidur kembali
“terima kasih yu, kau adalah malaikat penolongku” kata yama memeluk yu.
Dan sejak itu ryo sembuh walau hanya beberapa persen. Ia dapat bermain lagi seperti biasanya, tetapi sejak ia mulai sembuh. Ia tak terlihat lagi berbulan-bulan ia tak kunjung terlihat
Aku menunggunya di danau melihat kearah sekitar danau tetap tidak kunjung terlihat tubuhnya. Hingga akhirnya seseorang menghampiriku yang sedang duduk di batu besar pinggir danau.
“ano sumimasen neechan”katanya lembut
“hai nani yo, kimi wa dare desuka?” tanyaku padanya
“atashi seichi desu, aku datang kesini membawa surat dari niichan ryo”katanya dengan waja kecewa.
“kemana dia?” tanyaku lagi tetapi seichi tak menjawabnya, ia hanya meneteskan air matanya dan pergi menjauh dariku. Perlahan ku buka surat dengan kertas merah itu.
Dear yuchan.
Apa kabar? Apa kau baik-baik saja? mungkin saat kau baca ini aku sudah tak berada di dekatmu lagi, bahkan aku sudah tak berada di dunia ini lagi. Mungkin ini aga terlambat, tapi aku akan tetap mengatakannya. Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu, bertubrukan di koridor, sampai kau menjaga aku yang penyakitan ini. Aku bodoh selama ini hanya berada dalam kebohongan hatiku. Aku sudah lelah dengan keadaanku ini, rasanya aku ingin mati sebelum aku mengenalmu. Tapi saat mengenalmu sulit aku untuk merasakan kematianku lagi. Tapi aku senang bertemu denganmu. Kau membuatku kuat dan mengerti arti hidup yang sesungguhnya. Namun aku tak kuat lagi harus hidup di antara penyakit-penyakit ini. Selalu bernafas di bantu alat. Memakan obat-obatan yang justru hanya merusak jantungku. Setiap malam aku rasakan betapa sakit kepala ini, seperti akan pecah. Tapi aku selalu ingat perkataanmu, cukup tersenyum sakitku akan hilang. Terima kasih kau telah menjadi salah seorang yang menyayangiku tulus dalam hatimu. AKU AKAN SELALU MENYAYANGIMU, MESKI AKU SUDAH TAK ADA LAGI DI DUNIA INI. Selamat tinggal yuchan, aku tak akan melupakanmu

Salam manis
Ryosuke..
Aku mencoba menahan tangisku, tetapi tetap aku mengeluarkan air mata. Aku berlari menuju rumah ryo, dan bertanya dimana letak makam ryo. Setelah itu aku segera menuju makamnya.
~sesampainya di TPU~
“kenapa kau pergi begitu cepat, seenaknya saja kau meninggalkanku sendiri?” kataku terus menangisi kepergiannya.”apa disana dingin, apa kau kedinginan. Ku mohon jawab, ajak aku pergi bersamamu kumohon” aku meronta dan memukul-mukul makamnya.
“sudahlah mungkin ini lah yang terbaik untuknya”kata akira yang tiba-tiba muncul dari belakang
“tapi aku akan sulit menerimanya. Jika aku tau saat itu adalah saat terakhir aku bersamanya, aku tak ingin pergi darinya. Aku tau aku egois, tapi aku mau bersamanya terus”kataku mengelus-elus nisan yang bertuliskan namanya. “aku mau mati saja , biar aku bisa bersamamu”
“kau sudah gila, bahkan ryopun tak suka dengan hal itu. Ia ingin kau lebih bahagia menjalani hidupmu, ku mohon jangan terusl berlarut-larut dengan hal ini. Inilah takdir yang harus di jalani ryo biarkan ia tenang di alam sana”kata akira mencoba menenangkan pikiranku. Aku memeluknya merasakan tangis yang mendalam dan akan mencoba melupakannya. Mungkin akan sulit dan akan lama.
“sudah ayo kita pulang, ryo tak ingin kau sakit”kata akira membawaku pulang.
“apa aku akan melihatmu lagi ryosukekun”kataku dalam hati 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

~Who u like in HSJ~