Senin, 11 April 2011

love and the die part 1


        Pagi terik menyinari sebuah kota kecil di pinggiran jepang. Sebuah sekolah SMA yang sederhana tapi mempunyai kapasitas murid yang banyak. Terlihat seorang gadis remaja yang sedang terburu-buru menuju kelasnya. Membawa banyak bawaan di tangannya. Bruk... gadis itu menbarak seseorang yang berjalan di hadapannya, membuat semua barangnya terajatuh. Gadis itu merasa kecewa, dan membereskan bawaanya
“gomen..gomen” kata pria itu lembut
“hai daijyobu” jawabnya sambil membereskan barang yang terjatuh...
Gadis itu segera menyelesaikan buku-buku yang tergeletak di lantai. Di bantu oleh pria yang di tabraknya.
“sankyuu” katanya lalu cepat-cepat pergi. Gadis itu tak mnyadari sebuah buku tertinggal di lantai..
Pria itu melihat sebuah buku tergeletak di lantai. Ia mencoba memanggil gadis itu tapi gadis itu  sudah tak terlihat lagi.
“ano, sudah tak da” katanya lalu memasuki sebuah kelas


Girlz prov..
“ohayou minnasan” sapa sensei pada murid-muridnya
“ohayou...”
“segera kumpulkan buku tugas kalian” katanya tegas
Gadis itu mencoba mencari buku tugasnya di tas. Ia mengacak-acak isi tasnya
“doushitano yuchan?” tanya teman sebangkuku, ya aku bisa di panggil yuchan. Dan namaku adalah NAKATA YU umurku 16 tahun.. murid kelas 2 SMA
“akirachan.. sepertinya aku melupakan buku tugasku” kataku menjawab pertanyaan sahabatku
“dakara?” akira mulai panik,, seharusnya sih aku yang panik...
“nani o suru nakatasan” ucap sensei yang melihatku panik dan akupun terkaget
“eto... sensei buku tugasku tertinggal di rumah” jawabku pelan
Sensei hanya menunjukan jari telunjuknya kearah depan koridor. Dan aku mengikuti perintahnya dan berdiri di depan pintu. Pikirku dari pada berdiam diri bosan di depan koridor. Aku buka hpku dan menuliskan sesuatu untuk ku simpan di blog. Aku sangat menyukai soal cerita. Dan banyak cerita-cerita yang ku post di blog. Tapi sama sekali tak ada yang bisa membuatku puas...

Boy prov.~
“pasti sekarang ia panik mencarinya” kata pria betubuh agak pendek yang bernama YAMADA RYOSUKE. Ia coba membuka lembaran awal, terlihat sebuah tulisan kecil bertuliskan nakata yu.. klas 2 B.
“ah B gumida” katanya terkaget. “dan saat ini pasti ada pelajaran matematika. Kasian” pria itu mencoba menutup kembali buku itu dan melnjutkan memperhatikan guru menerangkan.
Bel istirahatpun berbunyi
Yu duduk di kelas sambil memonyongkan bibirnya..
“sudahlah yuu ayo makan” kata akira
“aku kesal, perasaanku tadi sudah ku bawa” katanya sambil menempelkan dagunya di meja
“ayo makan. Aaaa” akira menyuapiku
“aaaanyam nyam nyam” ketika aku mulai mengunyah salah seorang temanku memanggil namaku
“yuchan” katnya
“hai nani” aku menoleh ke arah pintu
“ada yang mencarimu”jarinya menujuk kearah laki-laki di pintu
Aku berjalan menghampirinya..
“hai ada apa?” tanyaku
“ini, tadi bukumu terjatuh di koridor, saat kau menabrakku”kata pria itu
“aih,, telat”jawabnya kecewa
“nani” tanya pria itu yang ingin tau jelas apa yang yu katakan
“iie betsuni.. demo sankyuu”kataku mengambil bukunya
“hmm,” lalu pria itu pergi dari kelasku
“ahh matte kudasai yo..”kataku mencoba menahanya beberapa detik
“hai nani”
“anata no namae?” tanya yuu sambill berteriak
“ore,, yamada ryosuke”
“ryokun?”kata yuu
“iie ryosuke kun” jelas ia mencoba membtulkan namanya
Yu kembali ke kelasnya dan melanjutkan bermanja-manja ria pada akira...
“yuchan,, kare wa dare desuka?” tanya akira sambil memasukan makanan ke dalam mulutku
“enthalah” kataku sambil mengunyah makanan yang akira suapi
Setelah itu pelajaran berikutnya berlangsung, detik demi detik.. jam demi jam berlangsung dengan cepat. Bunyi belpun terdengar kencang. Teriakan murid-murid yang merasa penat karena soal-soal yang ada di otak mereka keluar dengan kerasnya. Aku segera membereskan buku-buku pelajaran dengan sigapnya, segera menyelesaikan pekerjaan konyolku. Para murid berdiri dan memberikan salam perpisahan pada sensei. Akira mengajakku pulang bersama meski jalur arah rumah kami sedikit berbeda. Canda tawa mewarnai perjalanan yang semakin hari semakin jauh, dan rasa lelah menghilang seketika. Hingga akhirnya aku dan akira berpisah di sebuah jembatan kecil..
“jaa matta ashita akira” kataku melambaykan tangan lalu di balas dengan senyuman manis dan lambaian tangan akira.. aku mulai melangkahkan kakiku kembali pada perjalanan menuju sebuah rumah sederhana dengan banyak pepohonan. Sebelum kaki mulai melangkah menuju rumah ku mampirkan ke sebuah toko yang memajang boneka berbalut gaun putih dan terlihat pria berpakain seragam biru seprti apa yang sedangku pakai.
“ah kimi, nani o shiteru yo?” tanyaku padanya
“ahh ore, iie nande monai”jawabnya singkat. Wajahnya pucat badanya mengeluarkan banyak keringat. Aku coba mengeluarkan sapu tanganku dan mengusapkan nya pada wajah dan lehernya
“yamette” katanya menggenggam pergelangan tanganku dengan erat
“itte” kataku mulai kesakitan
“ahh gomene” ia mulai melepaskannya
“kenapa kau berkeringat hari ini kan cuacanya tidak panas?” kataku polos
“tidak apa kok” ia mengeluarkan jaketnya dan memakaikan ke tubuhnya.
“aku antar pulang ya,, wajahmu sudah pucat. Aku takut terjadi sesuatu di jalan”kataku khawatir
“tidak terimakasih” ia berjalan meninggalkanku, ada sekitar 3-4 meter terlihat ia memegangi kepalanya lalu pingsan begitu saja. aku merasa bersalah meninggalkannya, lalu ku cari bantuan untuk membawanya ke rumah sakit.
Di rumah sakit~
“dok, ia sakit apa?”
“apa anda keluarganya?”
“bukan, saya adalah temannya” kataku sigap
“maaf, tumor di otak yang di deritanya semakin besar, dan menyebar ke seluruh syaraf otak”
“tumor?” katak heran dan menghela nafas “lalu bagaimana dok cara untuk menanganinya”
“hanya oprasi lah yang bisa menyembuhkannya”
“demo” kataku terbata-bata
“hai, harus ada izin dari keluarganya. Dan tolong jaga ia sampai tersadarkan diri” kata dokter kemudian meninggalkan yu sendiri
“aku menjaganya, lalu okasan dan otosan bagaimana?” kataku sambil berjalan menuju ruang yang di tempati oleh ryosuke. Aku menatapnya. Merasakan betapa sakitnya jika ia menjadi ryosuke. Impusan, bantuan pernapasan, dan obat-obatan yang justru membuat organ-organnya semakin melemah. Obat yang hanya menghilangkan rasa sakit, justru membuatnya kesakitan.
Malam dingin terlewat sudah, aku yang tertidur pulas di sampingnya, entah mengapa tanganku sudah ada di genggamannya.  Pagi cerah membuatku terbangun dari tidur nyenyakku.. huamm nguapan ku membuat ryosuke tersadar.
“ahh gomen.”
“nande koko nande?”
“kau, terjatuh pingsan kemarin” kataku menjelaskan
“pingsan” pikirnya sambil mencoba bangun
“jangan terlalu di paksakan, bisa kau memberi tauku alamat atau nomer telpon rumahmu” tanyaku
“untuk apa?” tanya balik ryo
“aku hanya ingin meminta persetujuan orang tuamu” kataku
“untuk apa kamu meminta izin mereka, memang aku sakit apa?” tanyanya penasaran
“maaf, aku hanya memberitahumu tapi jangan menyerah dan kaget, di otak mu ada tumor ganas, dan bisa menjalar kesemua syaraf-syaraf di otakmu...~
“apa..” yama merasa kaget, dan baru kali ini ia baru menyadari. Sakit kepala yang selama ini ia rasakan adalah efek dari tumor di otaknya..~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

~Who u like in HSJ~